MAKALAH
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain Pembelajaran dan Pelatihan
Dosen : Dr. Robinson Situmorang, M.Pd
|
|||
Disusun oleh:
Mela
Helfiani (7772150084)
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW dengan harapan kita
semua mendapat limpahan rahmat dari Allah SWT.
Pada Kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Robinson Situmorang, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Desain
Pembelajaran dan Pelatihan yang selalu memberikan masukan-masukan dan
dukungannya dalam menyusun makalah dan menjalani perkuliahan khususnya pada
mata kuliah ini.
Akhir
kata semoga makalah
ini dapat memberikan banyak manfaat. Adapun kekurangan dalam penulisan ini penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Serang, Desember
2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau suatu proses
mengajar dan belajar. Aktivitas ini merupakan proses komunikasi dua arah,
antara pihak guru dan peserta didik. Undang undang no 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional menyatakan: “Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.
Memperhatikan makna pembelajaran tersebut dapatlah
dipahami bahwa pembelajaran adalam membelajarkan peserta didik dengan
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil bila dapat
mengubah peserta didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan kesadaran
peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik
selama ia terlibat dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya
secara langsung. Hal itu dapat dicapai manakala kesiapan guru untuk dapat
mengerti, memahami, dan menghayati berbagai hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran, termasuk di dalamnya prinsip-prinsip pembelajaran.
Makalah ini akan membahas tentang
prinsip-prinsip pembelajaran yang sangat diperlukan oleh para guru dan peserta
didk dalam rangka kelangsungan pembelajaran yang efektif dan efesien.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan prinsip pembelajaran?
2. Apa saja
yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran?
3.
Menjelaskan implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi siswa dan guru?
C. Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui pengertian prinsip pembelajaran
2. Untuk
mengetahui yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran
3.
Dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dikehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Prinsip Pembelajaran
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran
yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”. Prinsip
merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam
berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.
Kata pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan
belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang
dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Jadi prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan
berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses
pembelajaran yang dinamis dan terarah.
B. Prinsip-prinsip
Pembelajaran
1.
Perhatian dan Motivasi
Perhatian dalam pembelajaran
mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa
perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai
pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik
akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan
kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu
perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.
Secara psikologis, apabila sudah
berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang
lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu
akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam
ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran
penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar
kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini
meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa
hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang
menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur
tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi
yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah
yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil, maka
dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau tenaga pendorong
yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman,
buku-buku dan sebagainya. Kedua motivasi
ini dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang
peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya
yang didukung oleh kepawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang
dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.
Motivasi dapat merupakan tujuan dan
alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam
mengajar, sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya
intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan
belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi
adalah unsur utama dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung
tanpa adanya perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa
memerlukan usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila
terjadi perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang membuat
pelajaran begitu menarik, maka perhatian ini tidak memerlukan motovasi, walaupun
dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus sejalan. Berbeda halnya kalau
perhatian yang disengaja atau
sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
2. Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing
pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik
mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak
ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau
menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan
tentunya harus pula dapat menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta
didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai
pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil
harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar
menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi belajar harus berbuat,
seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan
sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas menurut
pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui
pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat
menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam
pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan,
kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang
keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.
3. Keterlibatan
Langsung
Prinsip keterlibatan langsung
merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas
mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta
didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara
fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya
penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya
pembelajaran.
Edge Dale dalam Dimyati mengatakan
bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung”.
Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru
sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung
dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru
berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.
4.
Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan
pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh
teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat,
menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan
berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip
pengulangan adalah teori koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike
dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar
ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori
dari phychology conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut
dari teori konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa
perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk
mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula
mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga
menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat juga
oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan
pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang
berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya
jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk
membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak
dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih dapat
digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Sebab,
dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau
latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering
dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak
pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan
pembiasaan.
5. Proses
individual
Proses pembelajaran yang berlangsung
di sekolah-sekolah pada saat ini masih cenderung berlangsung secara klasikal
yang artinya seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu
kelas. Guru masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta
didik dalam kelas itu. Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata
tanpa memperhatikan latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala
perbedaan individual peserta didik. Padahal setiap peserta didik memiliki
ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk
badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula
yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individual
yang berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan agar
peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru
harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu
pula guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan,
proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi,
sehingga peserta didik secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik tanpa perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan
yang berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan
empat cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
a) Pengajaran
individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikan menurut kecepatan
masing-masing
b) Tugas
tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar tugas umum
bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.
c) Pengajaran
proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat serta
kesanggupannya.
d) Pengelompokan
menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas
peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.
Perbedaan individual harus menjadi
perhatian bagi para guru dalam mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya.
Karena perbedaan individual merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang
tidak boleh dikesampingkan demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.
6. Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad
mengatakan”if you give a man fish, he will have a single meal. If you teach
him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada
dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak
merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan
apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa
bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul
motiv yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran
juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip
pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning
yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran
yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan
masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarganya.
7. Balikan dan
penguatan
Prinsip
pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, ditekankan oleh teori
operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didi akan belajar
bersemangat apabila mengaetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang
baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha
belajar selanjutnya. Namun
dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan
positif, penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar
selanjutnya.
Apabila peserta didik memperoleh
nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk
memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu
merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh
nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong
pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa
peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya jawab,
eksperimen, diskusi, metode penemuan sebagainya merupakan cara pembelajaran
yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang diperoleh
peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode akan menarik
yang membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.
C. Prinsip Pembelajaran Kompetensi
Mengajar atau membelajarkan siswa bukan pekerjaan sampingan tetapi
membutuhkan keahlian, kesungguhan, pengetahuan, keterampilan dan seni. Membelajar
siswa bersifat unik sebab siswa itu individu manusia yang memiliki
karakteristik yang kompleks. Setiap siswa memiliki potensi dan kecakapan
berpikir dan keterampilan yang berbeda, semua itu membentuk kepribadian yang
kahs dan unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Seorang guru dihadapkan
kepada situasi keragaman karakteristik siswa. Secara psikologis tidak ada
individu yang sama, yang ada adalah aneka ragam individu. Oleh karena itu,
mengajar merupakan ilmu dan seni sebab ilmu mengajar saja itu, tidak cukup
diperlukan juga seni mengajar. Seni mengajar merupakan kreativitas guru
menemukan pendekatan atau model mengajar yang memungkinkan setiap siswa
mengembangkan potensi, kecakapam dan karakteristiknya secara optimal.
Prinsip pembelajaran merupakan hal-hal yang mendasari dan menjadi
sebab-sebab terjadinya belajar. Dengan perkataan lain apabila suatu prinsip
tidak nampak dalam kegiatan pembelajaran, maka proses belajar itu tidak akan
terjadi secara efektif dan berhasil sesuai dengan harapan. Efektivitas belajar
berkaitan dengan suasa belajar yang menyenangkan seperti ciptakan kondisi
terbaik untuk belajar, bentuk presentasi yang melibatkan seluruh indra,
berfikir kreatif dan kritis untuk membantu proses internalisasi dan beri
rangsangan dalam mengakses materi pelajaran (gordon and vos, 2000). Ada
beberapa prisnsip penting dalam pembelajaran kompetensi, antara lain:
1.
Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi
lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan
pengaturan lingkungan dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang
memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. . Struktur kognitif akan tumbuh
dan berkembang manakala siswa memilki pengalaman belajar. Oleh karena itu dalam
pembelajaran kompetensi menuntut aktivitas siswa secara penu untuk mencari dan
menemukan sendiri.
2.
Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus
dipelajar, ada tipe pengetahuan fisis, sosial dan logika (Bruce weil, 1980).
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan
akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar,
kecil, serta begaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indera secara langsung. Misalkan
anak memegang logam yang bersifat keras dan memegang kain sutra yang bersifat
halus. Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam
mempengaruhi interaksi sosial, contohnya pengetahuan tentang aturan, hukum,
moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya.
3.
Pembelajaran dalam konteks kompetensi harus melibatkan
peran lingkungan sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika
dan sosial dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial anak
akan belajar lebih baik dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari
hubungan sosial. Oleh karena itu, melalui hubungan sosial itulah anak
berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman memungkinkan mereka terus
berkembang secara wajar.
4.
Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu
mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah,
melalui sejumlah kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi
kultural, dan kompetensi temporal. Itu sebabnya makna pembelajaran KBK bukan hanya mendorong anak agar mampu
menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana agar anak itu
memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapi rintangan yang muncul
sesuai dengan perubahan pola kehidupan masyarakat (Sanjaya, 2005).
Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam
mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam rangka menunjangn hasil
belajar yang efektif dan efesien, menurut Puskur (Balibang Depdiknas, 2002)
rambu-rambunya sebagai berikut.
1.
Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu
menjamin pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami proses,
produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan.
2.
Pengetahuan awal siswa, kegiatan pembelajaran perlu
mengaitkan pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa serta
disesuaikan dengan keterampilan dan nilai yang dimiliki siswa sambil memperluas
dan menunjukkan keterbukaan cara pandang dan cara tindak sehari-hari.
3.
Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakan
pengalaman belajar yang bermakna yang mampu mendorong tindakan dsn renungan (refleksi)
pada setiap siswa.
4.
Memotivasi, kegiatan pembelajaran harus mampu
menyediakan pengalaman belajar yang memberi motivasi dan kejelasan tujuan.
5.
Keragaman individu, kegiatan pembelajaran perlu
menyediakan pengalaman pembelajaran yang mampu membedakan kemampuan individu
yang satu dengan yang lain sehingga variasi metode mengajar mutlak diperlukan.
Kemandirian dan kerjasama, kegiatan
pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk belajar
mandiri maupun melakukan kerjasama.
1.
Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur
lebih aman dan lebih kondusif untuk menciptakan situasi agar siswa belajar
secara efektif.
2.
Belajar untuk kebersamaan, kegiatan pembelajaran
menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki simpati, empati,
dan roleransi bagi orang lain.
3.
Siswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan pembelajaran
menyediakan pengalaman belajar yang mengakomodasikan pandangan bahwa pembangunan gagasan adalah siswa,
sedangkan guru hanya sebagai menyediakan kondisi supaya peristiwa belajar tetap
berlangsung.
4.
Rasa ingin tahu, kreativitas dan ketuhanan, kegiatan
pembelajaran menyediakan pengalaman belajar yang menumpuk rasa ingin tahu,
mendorong kreativitas, dan selalu mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
5.
Menyenagkan, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan
pengalaman belajar yang menyenangkan siswa, seperti pembelajaran kuantum.
6.
Interaksi dan komunikasi, kegiatan pembelajaran perlu
menyediakan pengalaman belajar yang meyakinkan siswa terlibat secara aktif baik
mental, fisik maupun sosial.
7.
Belajar cara belajar, kegaiatan pembelajaran
kompetensi memerlukan pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar,
sehingga siswa menjadi terampil belajar bagaimana cara belajar.
D. Implikasi Prinsip-prinsip Belajar
1.
Perhatian dan Motivasi
Implikasi Bagi Siswa
|
Implikasi Bagi Guru
|
Siswa
dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah
kearah tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu mem-berikan perhatian
ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan per-hatiannya kepada segala pesan
yang dipelajarinya.
|
Merangsang
atau menyiapkan baha asar yang menarik. Mengkondisikan proses belajar aktif.
Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar (misalnya kebutuhan
untuk dihargai, tidak merasa tertekan)
|
Tabel D.1 Perhatian dan Motivasi
2.
Keaktifan
Implikasi Bagi Siswa
|
Implikasi Bagi Guru
|
Berwujud
perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,
menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, karya
tulis, membuat klipping dan perilaku lainnya.
|
Memberikan
kesempatan melakukan pengamata, penyelidikkan atau inkuiri dan eksperimen.
Serta memberikan tugas indivual dan kelompok melalui control guru.
|
Tabel D.2.
Keaktifan
3.
Keterlibatan
Langsung/Berpengalaman
Implikasi Bagi Siswa
|
Implikasi Bagi Guru
|
Dengan keterlibatan langsung ini secara logis akan
menyebabkan siswa memperoleh pengalaman. Contohnya siswa melakukan reaksi
kimia pada suatu zat.
|
Menggunakan media secara langsung dan melibatkan
siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
|
Tabel D.3. Keterlibatan
langsung/berpengalaman
4.
Pengulangan
Implikasi bagi siswa
|
Implikasi bagi guru
|
Implikasi adanya prinsip
pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan
latihan-latihan yang berulang untuk satu ma-cam permasalahan. Dan semoga
siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan
|
Merancang kegiatan pengulangan dan
mengembangkan soal-soal latihan dan bervariasi.
|
Tabel D.4. Pengulangan
5.
Tantangan
Implikasi Bagi Siswa
|
Implikasi Bagi Guru
|
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah
tuntutan yang dimiliki dan kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan
untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Siswa juga harus
memiliki keingintahu-an yang besar terhadap segala permasa-lahan yang
dihadapi.
|
Memberikan tugas-tugas pemecah masalah kepada siswa.
|
Tabel D.5. Tantangan
6.
Balikan atau
Penguatan
Implikasi Bagi Siswa
|
Implikasi Bagi Guru
|
Segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, dan
menerima ke-nyataan terhadap nilai yang dicapai.
|
Memberikan kepada siswa jawaban yang benar, serta
mengoreksi sekaligus membahas pekerjaan siswa.
|
Tabel D.6.
Balikan atau tantangan
7.
Perbedaan
Individual
Implikasi Bagi Siswa
|
Implikasi Bagi Guru
|
Menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal
pelajaran.
|
Para siswa harus terus didorong dalam memahami
potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu merencanakan dan melaksanakan
suatu kegiatan.
|
Tabel D.7.
Perbedaan individual
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima
sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan
sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.
Terdapat beberapa prinsip dalam pembelajaran, yaitu:
1.
Perhatian
dan motivasi
2.
Keaktifan
3.
Keterlibatan
langsung
4.
Pengulangan
5.
Proses
individual
6.
Tantangan
7.
Balikan dan
penguatan
DAFTAR PUSTAKA
Sagala
Syaiful. Konsep dan Mkana Pembelajaran. Alfabeta. 2009. Bandung
Kamus Besar
Bahasa Indonesia.
Mudjiono dan
Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. 2009. Jakarta.
Rohani
Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. 2004. Jakarta.
Prof, Udin
Syaefudin Sa’ud, Ph.D. Inovasi Pendidikan Alfabeta. 2012. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar